Andaliman - Zanthoxylum acanthopodium
Andaliman
memiliki nama latin
Zanthoxylum acanthopodium
dan termasuk ke dalam famili Rutaceae (jeruk-jerukan) (Santoso 2019). Tumbuhan ini sangat erat kaitannya dengan masyarakat suku batak. Hal
itu di karenakan buah andaliman di gunakan sebagai bumbu masakan
tradisional suku batak, Sumatera Utara
(Mtsweni et al. 2020)
Seperti ikan mas arsik (ikan mas yang dimasak dengan ditambahkan bumbu
andaliman dan tidak mengunakan santan), natinombur (ikan yang dipanggang
dengan menambahkan bumbu andaliman)
sangsang (daging yang ditambahkan dengan bumbu rempah andaliman
dan juga bisa dibuat sambal Andaliman. Tidak hanya itu andaliman merupakan tumbuhan yang mendukung
pembangunan Kaldera Toba (Siregar 2010).
Andaliman memiliki ciri buah merah, kelopak bunga hijau kemerahan,
percabangan muncul dekat pangkal batang utama, perbungaan mulai pada
batang, dahan muda berwarna merah dan merah tua, berambut halus-rapat
dan ada yang gundul, ibu tulang daun tanpa onak dan beronak.
Memiliki perawakan semak, tinggi bisa mencapai 6 meter, batang berkayu,
batang bulat silinder, diameter batang bisa mencapai 5-10 cm. Daun
tersebar, bertangkai, permukaan atas daun hijau sedangkan permukaan
bawah hijau muda atau hijau pucat,dan terdapat kelenjar minyak, buah
berwarna hijau ketika masih muda dan
merah tua ketika sudah matang. Biji keras dan berwarna hitam, Kelopak
bunga ada yang berwarna hijau kemerahan dan hijau kekuningan
(Gultom et al. 2021)
Buah andaliman memiliki ciri khas yang ketika dimakan akan terasa getir
dilidah.
Andaliman tidak hanya dimanfaatkan sebagai bumbu masakan tetapi,
sebagai penghasilkan zat terpenoid dengan aktivitas antioksidan,
antimikroba dan efek imunostimulan.
Berdasarkan penelitian.
Andaliman berpotensi untuk di jadikan obat-obatan hal itu di karenakan
ekstrak buah andaliman bersifat bakterisidal terhadap bakteri Bacillus
stearothermophilus
(Asbur and Khairunnisyah 2018).
Tanaman andaliman
Tanaman andaliman memiliki daya kecambah yang rendah dan umur
berkecambah yang lama serta bervariasi yaitu berkisar 24-100 hari dengan
persentase perkecambahan.
Menurut (Simatupang, 2013), budidaya andaliman secara konvensional
dengan konservasi in situ secara tidak langsung telah dilakukan oleh
suku Batak. Kebutuhan akan tanaman andaliman sebagai bumbu khas masakan
suku Batak menyebabkan tanaman andaliman dibudidaya di lokasi asalnya.
Saat ini populasi andaliman sangat terbatas, berkisar 1000-2000 pohon.
Bibit yang diperoleh petani berasal dari hutan, karena benih andaliman
sulit untuk berkecambah walaupun kondisi tempat tumbuhnya sudah
optimal.
Selain itu andaliman di kenal juga dengan nama merica batak(Siregar 2013).
Banyak alasan kenapa populasi andaliman terbatas. Salah satunya pada
morfologi biji andaliman. Morfologi biji andaliman cukup keras, sehingga air
terhalang masuk ke dalam biji dan berakibat dormansi nya tidak berkerja
maksimal. Tidak hanya itu berkurangnya luas hutan di Sumatera Utara dari
tahun 2001 hingga 2014 akibat dari ilegal logging, kebakaran hutan,
pengalihan fungsi lahan menjadi perkebunan monokultur, pengalihan lahan
menjadi pemukiman. Sangat di sayangkan jika tidak ada upaya yang di lakukan
untuk melakukan konservasi. Untuk itu peneliti perlu melakukan upaya
konservasi in situ yaitu di habitat aslinya, melalui stek batang andaliman.
Perbanyakan vegetatif melalui stek merupakan faktor awal yang sangat
penting selama pertumbuhan tanaman. Pada umumnya tunas akan terbentuk dan
tumbuh setelah akar terbentuk dengan baik. Umumnya perbanyakan secara
vegetatif akan tumbuh jika akar berkembang dengan baik(Siregar 2013)
Pembiakan organ vegetatif tanaman dibuat untuk membentuk tanaman baru
yang sempurna pada bagian akar, batang dan daun, biasanya tanaman baru
tersebut mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Sifat-sifat yang ingin
dipertahankan adalah hasil tinggi, mutu baik dan tahan terhadap penyakit.
sehubungan dengan hal ini banyak usaha yang dilakukan untuk merangsang,
mendorong dan mempercepat pembentukan akar serta meningkatkan jumlah akar
dan mutu akar dilakukan dengan pemberian zat pengatur tumbuh
seperti:
Indole Acetic Acid (IAA), Indole Butyric Acid(lBA), u-Naphthalene Acetic
Acid.(NAA), Indole Aceto Nitrile (IAN), Phenoxy Acetic Acid(PAA), dan
sebagainya
(E. G. Lestari 2011). Di taman eden sendiri banyak ada juga mahasiswa yang penelitian untuk
memperbanyak tanaman secara stek, cangkok dengan menggunakan hormon IBA.
Pembiakan secara vegetatif, terutama dengan stek, membutuhkan waktu yang
lama kurang lebih dua, tiga hingga empat bulan, tergantung pada spesies
tanaman untuk memungkinkan tanaman cepat tumbuh dengan baik. Tetapi,
dengan melakukan pemberian zat pengatur tumbuh
dan Vitamin B
dapat dipersingkat dan kemungkinan hidupnya tanaman lebih lama.
Hormon IBA
dan ROOTONE F
yang merupakan jenis hormon yang
akan
digunakan untuk merangsang pembentukan akar
(rochayat & 2015)
Hormon IBA digunakan karena perbanyakan stek mempunyai beberapa kendala,
yaitu zat tumbuh tidak tersebar merata sehingga pertumbuhan stek tidak
seragam.
*Hormon IBA memiliki peran dalam pembelahan sel, menghambat pertumbuhan tunas samping,
berperan dalam pembentukan jaringan xilem dan floem, dan juga berpengaruh
terhadap perkembangan dan pemanjangan akar
(Ahmad 2013).
*Hormon ROOTONE F memiliki peran
dalam
mempercepat proses fisiologi tanaman yang memungkinkan untuk pembentukan
primordia akar(Mulyani dan Julian Ismail 2015)
Vitamin Tanaman juga membantu dalam proses hormon reaksi hormon
hormon ZPT tersebut, Vitamin Tanaman adalah Nutrisi tambahan yang
diperlukan bagi tubuh tanaman, tanaman memerlukan vitamin untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangan organ. Salah satu vitamin yang diperlukan
yaitu Vitamin B(E. Lestari et al. 2013).
Dari penjelasan Latar Belakang diatas akan diadakan penelitian
tentang*Perbanyakan Vegetatif Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) Dengan Menggunakan Zat Pengatur Tumbuh IBA+ROOTONE F+Vitamin B Di Taman
Eden 100 Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Samosir Sumatera Utara.
No comments:
Post a Comment