Baru-baru ini, hacker atau peretas yang berpura-pura menjadi Facebook dapat meretas dan
membajak akun pengguna.
Adapun metode yang dipakai tergolong cukup umum dan sangat ampuh digunakan
oleh pelaku kejahatan untuk menipu pengguna, yakni phishing.
Informasi, phishing adalah cara dimana pelaku kejahatan siber berupaya mendapatkan
informasi dengan cara mengelabui korbannya.
Biasanya, pelaku menargetkan korban yang menggunakan sejumlah aplikasi atau layanan terpopuler milik perusahaan.
Tak hanya sebatas perusahaan teknologi, hacker juga kerap kali berpura-pura
mengaku dari instansi pemerintah.
Kini, peneliti keamanan informasi PIXM memperingatkan tentang kampanye
phishing besar-besaran baru di Facebook Messenger.
Mengutip Bleeping Computer, Senin (13/6/2022), prinsip operasinya terbilang
sederhana, dimana peretas mengembangkan situs phishing dengan tampilan mirip
antarmuka Facebook dan Messenger.
Hal ini bertujuan agar korban tidak sadar telah dialihkan ke sebuah situs
Facebook dan Messenger palsu, dan memberikan kredensial login mereka tanpa
curiga.
Setelah peretas mendapatkan informasi ini, korban lalu diarahkan ke situs web penuh iklan, survei, dan cara lain untuk menghasilkan uang bagi pelaku.
Selain itu, akun Facebook yang telah dibajak sering kali digunakan untuk
menyebarkan kampanye phising melalui Messenger.
Untuk melakukan ini, peretas menggunakan tools untuk mengirim tautan
phishing lain ke teman dari akun yang disusupi.
“Akun pengguna menjadi sasaran serangan dan, dengan cara yang kemungkinan
otomatis, pelaku masuk ke akun itu dan mengirim tautan ke teman pengguna
melalui Facebook Messenger“.
Sebar Link Phising ke Teman di Facebook Messenger
Meski Facebook memiliki perlindungan untuk mencegah pengiriman URL
berbahaya; pelaku menggunakan trik agar dapat melewati keamanan Facebook
Messenger.
Pelaku kejahatan menggunakan layanan URL generator populer, seperti
litch.me, famous.co, amaze.co atau funnel-preview.com.
Menurut para peneliti, 2,7 juta pengguna Messenger telah mengunjungi salah
satu portal phishing. Angka ini meningkat menjadi 8,5 juta pada 2022,
mencerminkan pertumbuhan besar-besaran dari kampanye.
PIXM menemukan potongan kode umum di semua laman web, yang berisi referensi
web tersebut telah disita dan kini menjadi bagian penyelidikan terhadap
seorang pria Kolombia yang diidentifikasi sebagai Rafael Dorado.
Tidak jelas siapa yang menyita domain dan memasang pemberitahuan di situs
tersebut.
Pencarian whois mengungkap, tautan ke perusahaan pengembangan web resmi di
Kolombia dan situs lama yang menawarkan layanan "bot" Facebook dan
peretasan.
Facebook Messenger Hadirkan Fitur Enkripsi End-to-End
Facebook Messenger baru saja mengumumkan telah memperluas fitur
enkripsi end-to-end di aplikasinya. Sekarang, fitur keamanan ini
berlaku juga untuk panggilan suara dan video di group chat.
Namun mengutip informasi dari GSM Arena, Sabtu (29/1/2022), fitur
ini sifatnya opsional. Jadi, pengguna dapat memilih untuk mengaktifkannya
atau tidak.
Kondisi ini jelas berbeda dari WhatsApp yang juga menjadi aplikasi olah
pesan milik Meta. Enkripsi end-to-end menjadi fitur keamanan
bawaan yang selalu aktif.
"Hari ini, kami mengumumkan pembaruan untuk obrolan dengan
enkripsi end-to-end di Messenger untuk meningkatkan pengalaman
berkirim pesan Anda," tulis Product Manager Messenger, Timothy Buck melalui
situs resmi perusahaan.
Untuk diketahui, fitur ini sebenarnya sudah diuji coba
oleh Messenger sejak Agustus 2021, tapi memang baru kali ini
digulirkan untuk seluruh pengguna.
Selain itu, Messenger juga meningkatkan fitur keamanan di
fitur Disappearing Messeges. Lewat peningkatan ini, pengguna akan
mendapatkan notifikasi apabila penerima melakukan screenshot pada
pesan yang disetel akan menghilang secara otomatis.
Panggilan Suara dan Video di Facebook Messenger
Sebelumnya, Facebook akhirnya meningkatkan fitur keamanan yang ada di
Messenger. Melalui unggahan di blog, Facebook Messenger mengungkap telah
menggulirkan opsi enkripsi end-to-end untuk panggilan video maupun
suara.
Hanya seperti dikutip dari GSM Arena, Sabtu (14/8/2021), fitur ini tidak aktif otomatis, sehingga pengguna perlu mengaturnya terlebih dulu. Selain itu, agar fitur ini benar-benar dapat berjalan, lawan bicara juga perlu mengaktifkannya.
Menurut Facebook, kehadiran fitur ini tidak lepas dari meningkatnya jumlah
panggilan video dan suara di tahun lalu. Raksasa media sosial itu mencatat
ada lebih dari 150 juta panggilan video dalam sehari yang dilakukan di
Messenger.
"Kami kini memperkenalkan fitur ini sehingga pengguna dapat mengamankan
panggilan audio dan video dengan teknologi serupa yang ada di percakapan
teks," tulis perusahaan dalam unggahannya.
Dengan adanya enkripsi end-to-end, Facebook memastikan pesan dan
panggilan video yang dilakukan akan lebih aman. Jadi, tidak ada pihak lain
termasuk Facebook yang dapat melihat maupun mendengarkan percakapan
tersebut.
Copas dari https://www.liputan6.com/tekno/read/4985113/waspada-hacker-bajak-jutaan-akun-facebook-messenger
No comments:
Post a Comment