Arab Saudi buka suara soal situasi di
Yaman. Ini terjadi pasca Amerika Serikat (AS) dan sekutunya melancarkan serangan
ke negara itu dalam misi melawan milisi Houthi.
Mengutip Media Lebanon, Al Mayadeen, Riyadh mengaku akan terus memantau situasi yang ada di tetangga
Selatannya itu. Negeri pimpinan Raja Salman bin Abdul Aziz itu
mengamati bagaimana operasi pimpinan Washington berlangsung.
"Saudi menekankan pentingnya menjaga keamanan dan stabilitas regional di
Laut Merah dan meminta (para pihak) menahan diri dan menghindari eskalasi,"
tambah keterangan Kementerian Luar Negeri Saudi, Jumat (12/1/2024).
Sebelumnya, AS akhirnya memutuskan untuk melakukan serangan langsung ke
wilayah Yaman. Ini dilakukan demi menggempur kelompok Houthi, penguasa
negara itu yang telah melakukan serangan ke beberapa kapal dagang di Laut
Merah.
Houthi mengaku serangan ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas terhadap
warga Palestina dalam pertempuran antara milisi penguasa Gaza, Hamas, dengan
Tel Aviv. Selain kapal Israel, kelompok pro-Iran itu menyebut akan menyerbu
kapal-kapal negara-negara sekutu Tel Aviv.
AS telah membentuk koalisi angkatan laut internasional, Operation
Prosperity Guardian, yang bertujuan melindungi jalur air, dengan Australia,
Bahrain, Belgia, Kanada, Denmark, Jerman, Italia, Jepang, Belanda,
Singapura, Selandia Baru, dan Inggris. Meski tidak bergabung dengan koalisi
AS, Prancis juga diketahui beroperasi di wilayah tersebut.
Sementara itu, Arab Saudi hingga telah memimpin pasukan aliansi dalam
menggempur Yaman untuk juga melawan Houthi. Diketahui, kelompok itu juga
telah melakukan beberapa serangan ke instalasi minyak milik Negeri Raja
Salman.
Di sisi lain, ketegangan antara Houthi dan Barat telah membuat perusahaan
pelayaran dunia ketar-ketir. Meski belum jadi konflik langsung yang nyata,
mayoritas raksasa pelayaran dunia telah mengalihkan rute pelayaran
Asia-Eropa dari Laut Merah dengan memutar ke Tanjung Harapan, Afrika
Selatan.
Raksasa perkapalan dunia seperti Maersk, Evergreen, Mediterranean Shipping
Company (MSC), Ocean Network Express (ONE), Hapag Lloyd, dan Hyundai
Merchant Marine (HMM) telah memilih cara ini. Terbaru, perusahaan pelayaran
kakap China, Cosco Shipping, juga memilih cara serupa.
Ini pun akhirnya berdampak pada kenaikan tarif pengiriman. Tarif angkutan
barang dari Asia ke Eropa Utara meningkat lebih dari dua kali lipat pada
minggu ini menjadi di atas US$ 4.000 (Rp 62 juta) per unit 40 kaki.
Dari data terbaru Institut Ekonomi Dunia Kiel Jerman menyebut perdagangan
global turun 1,3% dari bulan November hingga Desember 2023. Serangan
terhadap kapal dagang di Laut Merah oleh milisi Houthi di Yaman menyebabkan
penurunan volume kargo, dari 500.000 per hari menjadi 200.000.
Berdasarkan wilayah, indikator perdagangan IfW Kiel untuk bulan Desember
menunjukkan ekspor dan impor ke Uni Eropa (UE) masing-masing turun sebesar
2% dan 3,1%. Sementara Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan ekspor
sebesar 1,5% dan impor sebesar 1%, meskipun jalur perdagangan Laut Merah
sebenarnya kurang penting bagi negara tersebut.
Selain itu, harga minyak juga berpotensi melonjak akibat ketegangan ini.
Kepala penelitian minyak Goldman Sachs, Daan Struyven, mengatakan harga
minyak dunia dapat melonjak 20% hingga 100% jika konflik ini meluas ke Selat
Hormuz.
Diketahui, Selat Hormuz merupakan perairan sempit yang menghubungkan Laut
Arab dan Teluk Persia. Jalur pelayaran ini juga merupakan pintu masuk bagi
kapal-kapal Iran menuju Samudera Hindia dan ke arah Laut Merah.
Copas dari
https://www.cnbcindonesia.com/news/20240112094300-4-505075/as-inggris-bom-houthi-yaman-buat-arab-kacau-raja-salman-buka-suara
No comments:
Post a Comment