Daya Ledak Otot Tungkai
Menurut
sjahriani dalam (Andiyanto, 2020) otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat
bergerak. Sebagian otot tubuh ini melekat pada
kerangka otot yang dapat bergerak
secara aktif sehingga
mampu menggerakkan bagian-bagian kerangka dalam suatu letak
tertentu, otot dapat berkontraksi dengan cepat apabila ia mendapatkan rangsangan.
Menurut
Yulifri dalam (Andiyanto, 2020) daya ledak otot tungkai dapat di definisikan sebagai suatu kemampuan
dari sekelompok otot tungkai untuk menghasilkan
kerja dalam waktu yang sangat cepat. Daya ledak otot tungkai adalah kemampuan
untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan
tinggi (eksplosif) dalam satu gerakan
utuh yang melibatkan otot-otot tungkai sebagai
penggerak utamanya.
Tungkai beserta
ototnya adalah organ yang paling dominan terhadap
pergerakan manusia. Tulang terkuat dan terpanjang yang dimiliki manusia
adalah tulang tungkai, tulang ini
termasuk tulang anggota gerak bawah, tulang ini juga memiliki fungsi untuk menopang tubuh
saat melakukan sebagian
besar aktivitas.
Kemampuan daya ledak yang baik khususnya
daya ledak otot tungkai menentukan seseorang untuk mencapai
prestasi yang optimal, karena otot tungkai berfungsi sebagai
pusat gerak utama bagi tubuh secara
keseluruhan.
Otot tungkai dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a) Otot
tungkai atas, terdiri dari : m.Abductor
Femoris, m.Quadriceps Femoris (m.Rectus Femoris, m.Vastus
Lateralis, m.Vastus Medialis,
dan m.Vastus Intermedial), m.Fleksor Femoris (m.Biceps
Femoris, m.Semimembranosus, m.Semitendinosus, dan m.Sartotius)
b) Otot tungkai bawah, terdiri dari : m.Tibialis, m.Extensor Talangus Longus, m.Extensor Digitorum Longus et Brevis, m.Fleksor Hallucis Longus, m.Soleus, m.Gastrocnemius, dan lainnya.
c)
Otot-otot kaki, terdiri dari : m.Abductor Hallicus,
m.Adductor Hallucius, m.Fleksor Hallucis Brevis, m.Fleksor
Digitorum Brevis, dam m.Quadratus Plantaris.
Faktor yang Mempengaruhi Daya Ledak Otot
Bila dilihat lebih mendalam potensi daya ledak seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, Berger dalam (Gladys Clara Dea putri, 2013)
a) Faktor Internal
Faktor internal
ialah faktor yang berasal dari dalam tubuh seseorang diantaranya yaitu :
1. Jenis kelamin
Secara biologis pria dan wanita akan berbeda dari segi
kemampuan fisik, termasuk dalam hal
kekuatan maupun kecepatan karena adanya hormone
testosterone pada laki-laki dan
wanita. Perbedaan akan terasa sangat
signifikan setelah mengalami pubertas karena adanya perbedaan proporsi
dan besar otot dalam tubuh.
2. Berat badan
Kekuatan otot sangat erat kaitannya dengan berat badan, makin tebal otot makin kuat pula otot tersebut.
Jika berat badan seseorang bertambah karena pertambahan massa otot
(otot yang makin tebal) maka kekuatan seseorang
tersebut juga akan bertambah.
3. Tinggi badan
Tinggi badan adalah jarak dari alas kaki sampai titik
tertinggi di kepala dalam posisi berdiri tegak.
4. Kebugaran jasmani
Kebugaran jasmani seseorang dapat dijadikan parameter dalam menentukan beban yang akan diberikan pada saat latihan, semakin baik kebugaran jasmani seseorang maka hasil yang di dapat dari latihan akan semakin baik pula.
b) Faktor Eksternal
Faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar tubuh seseorang, diantaranya : suhu lingkungan dan kelembaban relatif.
1. Suhu lingkungan
Menurut Manuaba dalam (Gladys Clara Dea Putri, 2013) suhu lingkungan yang panas akan berpengaruh terhadap aktivitas kerja otot karena akan mempercepat terjadinya pengeluaran keringat. Sebagian dari volume darah akan dibawa ke kulit untuk mengkompensasi kelebihan panas. Hal ini berarti bahwa telah terjadi kekurangan kerja otot dalam melakukan pelatihan. Begitu juga sebaliknya, pada suhu lingkungan yang dingin tubuh akan bereaksi untuk mengimbangi konsentrasi panas tubuh dengan reaksi menggigil, gerakan menggigil memerlukan energi tambahan.
2. Kelembaban relatif
Menurut Manuaba dalam (Gladys Clara Dea Purti, 2013) kelembaban relatif menentukan proses pelatihan karena perbandingan udara basah dan kering sangat menentukan kenyamanan pelatihan. Apabila kelembaban udara cukup tinggi atau di atas 90%, maka akan sangat mempengaruhi kesanggupan pengeluaran panas tubuh akibat aktivitas latihan melalui evaporasi. Apabila kelembaban udara dibawah 80% maka akan mempengaruhi keseimbangan panas tubuh, metabolisme meningkat akibat aktivitas tubuh untuk mrngimbangi suhu dingin sehingga tubuh mengeluarkan energi yang lebih besar untuk menyesuaikan suhu tubuh dan suhu lingkungan. Kelembaban relatif di Indonesia berkisar antara 70-80%.
No comments:
Post a Comment