Skolastik
Skolastik
adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi
skolastik adalah aliran yang berkaitan dengan sekolah. Istilah skolastik
merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Dan dari corak
khas tersebut terdapat beberapa pengertian filsafat skolastik, yaitu filsafat
skolastik merupakan filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama, karena
skolastik merupakan bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
Filsafat skolastik ini dapat tumbuh dan berkembang karena adanya pengaruh
faktor religius dan faktor ilmu pengetahuan. Masa skolastik terbagi menjadi
tiga periode, yaitu masa awal yang berlangsung sekitar tahun 800-1200 M,
masa puncak yang berlangsung sekitar
tahun 1200-1300 M, dan masa akhir yang
berlangsung sekitar tahun 1300-1450 M. Namun dalam makalah ini kami selaku
penyusun hanya akan membahas masa puncak atau masa kejayaan dari filsafat
skolastik saja, yakni yang berlangsung sekitar tahun 1200-1300 M. Dalam makalah
ini penyusun juga akan membahas tentang tokoh yang paling berpengaruh pada masa
kejayaan skolastik ini, yakni Albertus Magnus (1203-1280 M) dan Thomas Aquinas
(1225-1274 M).
Masa Kejayaan Filsafat Skolastik (1200-1300 M)
Pada
masa keemasan skolastik ini disebut masa berbunga, karena bersamaan dengan
munculnya beberapa universitas-universitas dan ordo-ordo yang menyelenggarakan
pendidikan ilmu pengetahuan. Secara umum ada beberapa faktor yang menyebabkan
masa ini mencapai puncak keemasan, yaitu:
1.
Adanya pengaruh pemikiran dari
Aristoteles, Ibnu Rusdy, dan Ibnu Sina sejak abad ke-12, hingga sampai pada
abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
2.
Adanya pendirian Universitas
Almamater di Prancis pada tahun 1200 M yang merupakan gabungan dari beberapa
sekolah dan juga sebagai dasar berdirinya universitas-universitas lain di
Paris, Oxfor, Mont Pellier, Cambridge, dan daerah-daerah lainnya.
3.
Adanya pendirian ordo-ordo yang
muncul karean banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan. Sehingga
berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian, yang dimana kebanyakan
tokoh-tokohnya memegang peranan di bidang filsafat dan teologi.
Periode
puncak perkembangan skolastik dipengaruhi oleh Aristotelas karena kedatangan
ahli filsafat Arab dan Yahudi. Filsafat Aristoteles memberikan warna yang
dominan pada alam pemikiran abad pertengahan. Aristoteles juga diakui sebagai
Sang Filsuf, sehingga gaya pemikiran Yunani semakin diterima, keluasan cara
berpikir semakin ditantang melalui perselisihan dengan filsafat Arab dan
filsafat Yunani.2 Pada mulanya yang mempengaruhi skolastik hanya
filsuf yang membawa dan meneruskan ajaran Aristoteles. Namun hal ini mendapat
perlawanan dari Augustinus karena beranggapan bahwa ajaran Aristoteles yang
mulai dikenal pada abad ke-12 telah tercemar oleh filsuf Islam, sehingga dapat
membahayakan ajaran Kristen. Untuk menghindari pencemaran tersebut, Albertus,Magnus
dan Thomas Aquinas sengaja menghilangkan unsur-unsur dari Ibnu Rusyd dengan
menerjemahkan langsung dari bahasa Latin. Bagian dari ajaran Aristoteles yang
bertentangan dengan ajaran Kristen juga diganti dengan teori- teori baru yang
bersumber pada ajaran Aristoteles tetapi diselaraskan dengan ajaran ilmiah.
Upaya ini nampaknya sangat berhasil, ditandai dengan terbitnya buku Summa Theologiae yang juga merupakan
bukti bahwa ajaran Aristoteles telah mendapatkan kemenangan dan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan skolastik. Tokoh yang paling terkenal pada
masa kejayaan skolastik ini adalah Albertus Magnus dan Thomas Aquinas.
Albertus Magnus (1203-1280 M)
Nama
aslinya adalah Albert Von Bollstadt, lahir pada tahun 1193 M di Bavaria, Jerman
dan meninggal pada tahun 1280 M di Cologne, Jerman setelah dua tahun sakit.
Albertus dikenal sebagai Doktor Universitas atau Doktor Magnus sehingga ia
mendapat nama Albertus Magnus (Albert the
Great). Selain memiliki kepandaian yang sangat luar biasa, selain sebagai
birawan, Albertus Magnus juga dikenal sebagai cendikiawan yang sangat
berpengaruh terhadap filsafat Skolastik abad pertengahan. Di Universitas Padua
ia belajar artes liberalis, ilmu-ilmu
pengetahuan alam, ilmu kedokteran, dan filsafat Aristoteles. Di Bologna ia
belajar teologi dan pada tahun 1223 M masuk ordo Dominican, kemudian masuk ke
Koln sebagai dosen filsifat dan teologi. Pada tahun 1245 M ia pergi ke Paris
untuk menerima gelar doktor dan mengajar di sana sebagai master teologi dengan
sukses besar selama beberapa tahun. Selain itu ia juga telah mengantarkan dan
memperkenalkan ajaran Aristoteles di Eropa Barat melebihi siapa pun, sehingga
terbukalah keterangan yang baru bagi pemikiran Kristiani tentang gagasan-
gagasan dasar filsafat Aristoteles. Namun demikian, ia tetap setia kepada
beberapa dalil Neoplatonisme, bahkan ia telah memperkuat pengaruh Neoplatonisme
melalui keterangannya mengenai ajaran Dionision dan Areopagos.
Pemikiran
Albertus yang menarik sampai sekarang adalah tentang keyakinannya bahwa
pengetahuan tertinggi tentang Tuhan yang kita dapat di dunia ini diperoleh
secara negatif. Artinya, yang dapat kita ketahui secara manusiawi hanyalah apa
yang tidak bisa dikenakan pada Tuhan, seperti bahwa Tuhan itu sesuatu yang
tidak terbatas. Namun, tidak terbatas yang dimaksud ini tidak bisa secara
persis dimengerti karena keterbatasan manusia. Albertus juga berpendapat bahwa
roh bukan sesuatu yang tinggal dalam badan, tetapi sebaliknya bahwa badanlah
yang tinggal di dalam roh, sebab roh lebih hakiki dari badan. Pada dasarnya
segala sesuatu yang ada di alam semesta bersifat rohani. Intinya situasi yang
dihadapi Albertus Magnus merupakan tantangan untuk mengintegrasikan pluralisme
pandangan yang muncul dari luar pandangan agama lain dan pandangan ilmiah
sekuler, serta pandangan dari dalam gereja yang berupa kontroversi teologis
secara mendalam.
Thomas Aquinas (1225-1274 M)
Nama
aslinya adalah Santo Thomas Aquinas, yang berarti Thomas yang suci dari
Aquinas. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli, Italia. Ia merupakan tokoh terbesar
Skolastisisme, salah seorang suci gereja Katolik Romawi dan pendiri aliran yang
dinyatakan menjadi filsafat resmi gereja Katolik. Selain sebagai ahli pikir,
Thomas Aquinas juga merupakan seorang dokter gereja bangsa Italia. Tahun 1245 M ia belajar pada Albertus Magnus,
kemudian pada tahun 1259 M ia menjadi guru besar dan penasihat Istana Paus.
Karya Thomas Aquinas telah mencapai taraf yang tinggi dari aliran Skolasitisme
pada abad pertengahan. Ia berusaha untuk membuktikan bahwa iman Kristen secara
penuh dapat dibenarkan dengan pemikiran logis dan ia telah menerima pemikiran
Aristoteles sebagai otoritas tertinggi tentang pemikirannya yang logis. Menurut
pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan, kebenaraan diungkapkan dengan
jalan yang berbeda-beda sedangkan iman berjalan di luar jangkauan pemikiran.
Tidak ada kontadiksi antara pemikiran dan iman, semua kebenaran mulai timbul
secara utuh walaupun iman diungkapkan lewat beberapa kebenaran
yang berada di luar
kekuatan pikir. Ia mengetakan secara teologis bahwa iman lebih tinggi dan
berada di luar pemikiran yang berkenaan dengan sifat Tuhan dan alam ssemesta.
Thomas telah manafsirkan pandangan bahwa Tuhan tidak pernah berubah dan tidak
berhubungan atau tidak mempunyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di
dunia. Tuhan tidak pernah menciptakan dunia, tetapi zat dan pemikirannya tetap
abadi.6
Di
tahun 1273 M Thomas Aquinas menghasilkan karya yang berjudul Summa Theologiae, sehingga ia disebut
sebagai ahli teologi utama orang Kristen. Bahkan dianggap sebagai orang suci
oleh Gereja Katholik dan memiliki gelar Santo. Filsafat Thomas Aquinas
berhubungan erat dengan teologi, sehingga ia menyimpulkan ada dua macam
pengetahuan yang tidak saling bertentangan tetapi berdiri sendiri secara
berdampingan, yaitu: Pertama, pengetahuan
ilmiah yang berpangkal pada akal yang terang memiliki hal-hal yang bersifat
umum sebagai sasarannya. Kedua, pengetahuan
iman yang berpangkal dari wahyu dan memiliki kebenaran ilahi. Aquinas juga
mengajarkan tentang teologi naturalis yang mengajarkan bahwa manusia dengan
pertolongan akalnya dapat mengenal Allah.7 Semua tulisan-tulisan
Aquinas berbahasa Latin yang mencakup beberapa karangan besar tentang teologi,
perdebatan teologi, dan masalah filsafat, serta komentar tentang beberapa
bagian dari Bibel dan 12 tentang karangan Aristoteles. Karya terbesarnya adalah
Summa Contra Gentiles dan Summa Teologica. Banyak kartanya yang
dapat dibaca sebagai upaya untuk memberikan sebuah sintesis pemikiran klasik
dan teologis. Ia mempercayai pencocokan filosofi dengan ajaran- ajaran gereja.
Upayanya tepat di tengah-tengah serangan-serangan para ahli skuler yang percaya
bahwa Thomas berbuat keliru dalam menyajikan
sumber-sumber.
Filsafatskolastik adalah filsafat yang mengabdi kepada teologi dan mencoba memecahkan
persoalan-persoalan teologi dengan nalar filsafat. Filsafat skolastik ini
merupakan corak khas dari filsafat Kristen di Barat pada abad pertengahan,
karena banyak dipengaruhi oleh konsep dan teologi gereja dalam memecahkan
persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian,
benar dan salah, baik dan buruk, halal dan haram, serta persoalan lainnya yang
muncul dalam agama. Karena filsafat skolastik merupakan sebuah era yang
pertumbuhan pemikiran teologi dan filsafatnya tumbuh subur, maka tidak
mengherankan bahwa pada era ini lahir beberapa filosof terkemuka. Filsafat
skolastik terbagi ke dalam tiga periode, yakni periode awal (abad ke 8-12 M),
periode keemasan (abad ke-13 M), dan periode akhir (abad ke-14 dan 15 M). Pada
periode keemasan skolastik terdapat dua tokoh yang sangat terkenal dan
berpengaruh pada masanya, yakni Albertus Magnus (1205-1280 M) dan Thomas
Aquinas (1225-1274 M).
No comments:
Post a Comment