Pasar News -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Ribuan Orang Terpaksa Tinggal di Warnet

26 June 2022 | 26 June WIB | 0 Views Last Updated 2023-05-14T16:07:55Z

Di Jepang pun ada orang yang hidup susah. Tapi sebagian dari mereka memilih tidak berada di jalanan dan tinggal di warnet atau warung internet. Kenapa demikian?

Menurut data pemerintah Tokyo, kota itu memiliki 5.126 tuna wisma di mana 4.000 di antaranya tinggal di warnet. Sisanya di bawah jembatan atau di taman-taman kota seperti gelandangan pada umumnya.

Seperti dikutip detikINET dari CNN, Sabtu (24/6/2022) mereka yang tinggal di warnet biasanya punya penghasilan, tapi tidak cukup tinggi sehingga mereka tak mampu menyewa apalagi membeli rumah atau apartemen yang lebih nyaman dan pantas.

Salah satunya pekerja konstruksi bernama Takahashi yang biasa tinggal di warnet dengan menyewa ruangan privat. Namun saat pandemi kemarin melanda, ia kehilangan pekerjaannya hingga terpaksa menggelandang di jalanan.

"Banyak perusahaan bangkrut karena pandemi. Ada banyak orang sepertiku jadi tak punya pekerjaan," kata dia.

Sebenarnya, tidak semua yang menginap di warnet tidak punya rumah. Secara keseluruhan, ada sekitar 15 ribu orang memilih menginap di warnet, banyak di antaranya adalah pegawai yang terlalu lelah untuk pulang atau ketinggalan kereta.

Salah satunya bernama Masata, seorang pekerja TI. "Kamar di warnet sini tak sepenuhnya privat, tidak ada plafonnya. Aku bisa mendengar suara atau dengkuran orang," katanya mengenai pengalaman bermalam di warnet.

Warnet jadi pilihan menginap karena biaya sewanya murah dan fasilitasnya terhitung lengkap. Biaya menginap semalam antara USD 17 sampai USD 28.

Sejak sekitar tahun 2000-an, banyak warnet menyediakan tempat akomodasi sekadarnya. Selain aman, warnet di Jepang cukup nyaman ditinggali. Kamar mandinya bersih bahkan juga disediakan layanan laundry sampai kafe. Biliknya pun cukup privat.

"Orang-orang mulai menyewa warnet sebagai alternatif murah hotel. Dari situ, perlahan-lahan mulai berubah menjadi tempat tinggal para tunawisma," kata Tom Gill, pakar antropologi di Meiji Gakuin University.

Tinggal di warnet menjadi pilihan bagi para pekerja part time atau temporer yang jumlahnya di Jepang semakin meningkat. Sebagian dari mereka tidak bekerja setiap hari dan sering hanya diberi upah minimum.

Di Tokyo, gaji minimum pegawai adalah USD 9. Gaji ini kecil dibandingkan dengan biaya hidup yang mencekik leher di Tokyo. Mereka pun jadi kesulitan tinggal di tempat yang layak.

copas dari https://inet.detik.com/cyberlife/d-6146854/sisi-gelap-jepang-ribuan-orang-terpaksa-tinggal-di-warnet?single=1

No comments:

×
Berita Terbaru Update