Kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menggelontorkan berbagai
jenis bantuan sosial (bansos) dinilai sebagai wujud politik transaksional
dan dianggap terkait dengan agendanya elektoralnya.
Seperti diketahui, anak sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka,
menjadi calon wakil presiden berpasangan dengan calon presiden nomor urut
2 Prabowo Subianto.
Menurut pengamat kebijakan publik sekaligus Direktur Eksekutif The
PRAKARSA, Ah Maftuchan, Presiden Jokowi terkesan menggunakan bansos barang
berupa beras dan uang buat mendapatkan simpati rakyat dan mendapatkan
kompensasi dari rakyat.
"Praktik penyaluran bansos oleh presiden secara langsung di berbagai
daerah telah menegaskan bahwa Presiden Jokowi sedang mempraktikkan politik
'klientelisme' yakni sistem-praktik politik berdasar relasi pertukaran
atau transaksional," kata Maftuchan saat dihubungi pada Rabu
(31/1/2024).
Menurut Maftuchan, pemberian bansos oleh Presiden Jokowi secara langsung
ke rakyat bermakna mengharap masyarakat memberikan kompensasi berupa
dukungan politik terhadap agenda politik elektoralnya.
"Seperti yang telah gamblang kita ketahui, Presiden Jokowi
mengkampanyekan pasangan capres-cawapres Prabowo-Gibran," ucap Maftuchan.
Menurut Maftuchan, praktik politik klientelisme berdampak buruk karena
mengancam demokrasi substantif sekaligus mengancam pemenuhan hak-hak dasar
warga.
"Praktik politik yang baik adalah pemerintah menjamin pemenuhan hak-hak
dasar warga tanpa memandang aspirasi politiknya. Hak-hak dasar warga harus
dipenuhi oleh pemerintah dan jangan dipolitisasi," ujar Maftuchan.
Sebelumnya diberitakan, pemerintah terus menggelontorkan berbagai jenis
bantuan sosial (bansos) atau perlindungan sosial (perlinsos) bagi
masyarakat.
Salah satu yang menjadi perhatian adalah nilai anggaran Bansos pada 2024
yang mencapai Rp 496 triliun.
Jumlah anggaran Bansos pada 2024 lebih besar 12,4 persen dari tahun lalu
yang mencapai Rp 439,1 triliun.
Bahkan jumlah anggaran Bansos 2024 beda tipis dari masa awal pandemi
Covid-19 pada 2020 yang mencapai Rp 498 triliun.
Jumlah anggaran Bansos pada 2024 lebih besar 12,4 persen dari tahun lalu
yang mencapai Rp 439,1 triliun.
Bahkan jumlah anggaran Bansos 2024 beda tipis dari masa awal pandemi
Covid-19 pada 2020 yang mencapai Rp 498 triliun.
Anggaran bansos berangsur menurun pada 2021 menjadi Rp 468,2 triliun, dan
Rp 460,6 triliun pada 2022.
Bantuan sosial yang diberikan pemerintah mulai awal 2024 terdiri dari
berbagai jenis.
Pertama adalah Bantuan Langsung tunai (BLT) El Nino. Menurut Presiden
Joko Widodo (Jokowi), BLT El Nino dimaksudkan buat menggenjot daya beli
masyarakat.
BLT El Nino diberikan kepada 18,8 juta keluarga penerima manfaat (KPM)
dengan nilai buat masing-masing penerima sebesar Rp 400.000.
Bansos lainnya adalah Bantuan Pangan Beras sebanyak 10 kilogram untuk
setiap KPM. Pemerintah menyalurkan bantuan pangan beras sejak April 2023
dan direncanakan akan tetap dibagikan sampai Juni 2024.
Pemerintah juga menggelontorkan Program Keluarga Harapan (PKH) pada 2024
yang dibagikan dalam 4 tahap.
Pemberian PKH Tahap 1 dilakukan pada Januari-Maret 2024, lalu tahap 2 dan
3 pada April-Juni dan Juli-Oktober 2024, kemudian tahap 4 pada Oktober
hingga Desember 2024.
Jumlah PKH bervariasi yakni maksimal Rp 3 juta per tahun bagi balita
serta ibu baru melahirkan.
Sedangkan bagi siswa sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah
menengah atas diberikan bantuan sebesar Rp 900.000 sampai Rp 2.000.000 per
tahun.
Sedangkan bagi lansia berusia di atas 70 tahun serta penyandang
disabilitas diberikan bantuan maksimal Rp 2.400.000 per tahun.
Pemerintahan Presiden Jokowi juga menggelontorkan Bantuan Pangan Non
Tunai (BPNT) bagi keluarga dengan kondisi sosial ekonomi 25 persen
terendah di daerah pelaksanaan.
Bentuk BPNT itu adalah pemberian uang Rp 200.000 per bulan yang diberikan
setiap 2 bulan sekali.
Pemerintah juga mengalokasikan bantuan sosial berupa Program Indonesia
Pintar (PIP) pada 2024 yang dikelola Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Bansos PIP itu berupa bantuan dana bagi 18,59 juta siswa SD, SMP, SMA dan
SMK di seluruh Indonesia.
Yang terbaru adalah Jokowi berencana menggulirkan BLT Mitigasi Risiko
Pangan untuk 18,8 juta KPM. Masing-masing KPM bakal menerina bantuan
sebesar Rp 600.000 selama 3 bulan yakni Januari sampai Maret 2024.
Karena rencana pemberian BLT Mitigasi Risiko Pangan baru disampaikan pada
akhir Januari maka pemberiannya ditargetkan dimulai pada awal Februari
2024.
copas dari https://nasional.kompas.com/read/2024/02/01/06000041/banjir-bansos-pemerintah-jokowi-dianggap-mainkan-politik-transaksional?page=all#page2
No comments:
Post a Comment