Daun Pisang 1 ikat (10 lembar)
untuk pemesanan wa 082161245849 / 089698957333
Kandungan daun pisang
Di Indonesia, daun pisang umumnya digunakan sebagai bungkus
makanan.
Namun, bisakah daun ini dimakan? Meski tidak lazim, daun pisang bisa dimakan, tetapi sulit dicerna karena
tingginya kadar serat dan tanin.
Selain untuk mempersiapkan makanan, ada khasiat daun pisang dalam mengatasi
penyakit atau mendukung fungsi kesehatan tertentu.
Manfaat kesehatan daun pisang tersebut berasal dari kandungan yang terdiri
dari:
·
alpha-keto-glutaric-acid,
·
beta-sitosterol,
·
kalsium,
·
karbohidrat,
·
lemak,
·
serat,
·
glutaric acid,
·
glyceric acid,
·
glycolic acid,
·
glyoxlic-acid,
·
malonic-acid,
·
lignin,
·
eugenol,
·
phytol,
·
oxalic-acid,
·
fosfor,
·
anthraquinone,
·
protein
·
terpenoid,
·
polifenol,
·
flavonoid,
·
alkaloid,
·
tanin,
·
saponin,
·
cardiac glycosides,
·
pyruvic-acid,
·
shikimic-acid, dan
·
succinic-acid.
Manfaat daun pisang
Penggunaan daun pisang sebagai obat herbal bisa menawarkan beberapa
manfaat berikut.
1. Menangkal radikal bebas
Daun pisang mengandung senyawa khas atau fitonutrien
yang bersifat antioksidan, yaitu epigallocatechin gallate
(EGCG). Ini adalah salah satu jenis flavonoid utama pada daun
pisang.
Sebagai antioksidan, EGCG melawan radikal bebas yang merusak sel-sel
tubuh.
Diketahui, paparan radikal bebas yang terlalu tinggi bisa meningkatkan
risiko berbagai penyakit kronis, seperti diabetes, Parkinson, katarak,
hingga kanker.
2. Menurunkan risiko keracunan makanan
Manfaat daun pisang yang satu ini berasal dari sifat
antibakterinya.
Studi terbitan
Foods
(2020) menemukan bahwa daun pisang mengandung polifenol yang berpotensi
menghambat bakteri pemicu keracunan makanan, seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus faecalis, Escherichia coli, dan Salmonella.
Tak hanya bakteri, peneliti juga menemukan bahwa daun ini bisa menghambat
pembentukan lapisan beracun akibat jamur Candida albicans.
3. Sebagai pembalut luka
Pembalut luka sebaiknya menjaga kelembapan luka dan melindungi luka dari
paparan mikroorganisme. Agar tidak semakin mengiritasi luka, pembalut
harusnya juga tidak lengket dan mudah dilepas.
Nah, daun pisang ternyata berpotensi sebagai pembalut luka. Daun
pisang
tidak menempel di luka sehingga tidak menimbulkan rasa perih setiap kali
dibuka dan diganti.
Karena tidak menempel di luka, daun ini mengurangi risiko luka rusak
akibat tarikan setiap mengganti pembalut luka. Oleh karena itu, proses
penyembuhan luka bisa berlangsung dengan baik.
4. Menurunkan risiko nosokomial
Manfaat daun pisang selanjutnya adalah menurunkan risiko nosokomial,
yakni infeksi yang timbul akibat bakteri atau virus di rumah sakit.
Daun pisang mengandung senyawa bernama alkaloid dan tanin yang berpotensi
melawan bakteri
methicillin-resistant Staphylococcus aureus
(MRSA).
Jenis bakteri ini kerap ditemukan di rumah sakit dan tidak bisa mati bila
menggunakan obat antibiotik.
Meski begitu, riset tentang khasiat ini masih terbatas sehingga perlu
diteliti lebih lanjut.
5. Mengendalikan kadar gula darah
Studi menemukan bahwa daun pisang memiliki potensi manfaat sebagai obat herbal untuk diabetes.
Penelitian terbitan Brazilian Journal of Pharmacognosy
(2013) menemukan bahwa ekstrak daun pisang meningkatkan kadar insulin
pada tikus dengan diabetes sehingga kadar gula darah turun.
Selain itu, pemberian ekstrak daun pisang memicu proses pengubahan gula
menjadi glikogen yang disimpan ke liver. Hal ini menurunkan kadar gula
darah.
Manfaat ini berasal dari senyawa flavonoid
bernama rutin. Namun, studi masih dilakukan pada tikus, bukan pasien
diabetes langsung.
6. Melindungi kulit dari sinar ultraviolet
Daun pisang mengandung senyawa bernama lignin.
Penelitian terbitan International Journal for Research Trends and Innovation
(2018) menemukan bahwa lignin dari ekstrak daun pisang dengan konsentrasi
sebesar 3% bisa mencegah penyerapan sinar ultraviolet pada kulit yang
setara dengan tabir surya SPF 5,3.
Namun, Anda perlu ingat bahwa riset ini menggunakan daun yang sudah
diekstrak dan diambil kadar ligninnya, bukan mengoleskan tumbukan daun ke
kulit langsung.
Oleh karena itu, Anda tidak bisa menggunakan daun pisang sebagai
satu-satunya tabir surya.
7. Menurunkan risiko kanker serviks
Daun pisang mengandung eugenol dan phytol
yang berpotensi menghambat pembentukan sel kanker di permukaan
serviks.
Hal ini disampaikan dalam riset yang terbitan Research Square
(2020).
Meski begitu, penelitian ini baru menguji ekstrak daun pisang pada sel
kanker serviks di laboratorium, bukan mengamati pasien kanker yang
mengonsumsi daun pisang.
Bisa disimpulkan bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut dan daun pisang
belum bisa dijadikan sebagai satu-satunya
obat herbal.
Cara pakai daun pisang
Belum ada penelitian atau sumber pasti yang menjelaskan cara pakai daun
pisang sebagai obat herbal di rumah.
Penggunaan daun pisang untuk obat herbal mungkin bisa berbeda-beda,
tergantung dengan khasiat yang ingin Anda peroleh.
Dari penelitian yang telah disebutkan, peneliti mendapatkan potensi manfaat
daun pisang umumnya dari pengujian ekstrak daunnya.
Ekstrak daun pisang diperoleh dengan mengambil sari kandungan aktif yang
memiliki khasiat melalui beberapa proses kimia.
Daun pisang juga bisa digunakan secara topikal, ditempelkan langsung ke
kulit, untuk menyembuhkan luka. Namun, ada risiko timbulnya alergi pada
beberapa orang.
Efek samping daun pisang
Meski ada berbagai manfaat, ada efek samping daun pisang yang perlu Anda
ketahui.
1. Menghambat penyerapan zat besi
Tanin pada daun pisang merupakan senyawa
antinutrisi. Dalam hal ini, tanin dapat mengikat zat besi di dalam saluran
pencernaan dan mencegah penyerapan zat besi di tubuh.
Akibatnya, kadar zat besi di tubuh akan berkurang dan meningkatkan risiko
anemia defisiensi besi.
2. Memicu mual
Tanin bisa mengiritasi permukaan saluran pencernaan. Hal ini menyebabkan
Anda rentan mual dan sakit perut.
Untuk menghindari risiko ini, konsumsi daun pisang atau air rebusannya
setelah makan berat. Tanin bisa mengikat protein dan karbohidrat makanan
sehingga mengurangi risiko iritasi.
Ada berbagai potensi manfaat daun pisang bagi kesehatan yang cukup
menjanjikan. Namun, sebagian besar uji coba masih terbatas, baru dilakukan pada hewan atau
sel di laboratorium, bukan pada manusia.

No comments:
Post a Comment